Ulasan “MENJADI ORANG BIASA”
Ulasan “MENJADI ORANG BIASA”
Cerpen yang didiskusikan
https://lakonhidup.com/2020/11/11/menjadi-orang-orang-biasa/
2 Lembar
603 Kata
November 11 2020
Benny Arnas
Tentang Penulis
Sang Penulis yang disebutkan bernama “Benny Arnas” (photo dikanan.) Beliau adalah penulis 22 buku genre novel, puisi, cerpen, catatan perjalanan, dan naskah lakon.
Selama 17 tahun karir menulisnya Benny Arnas telah dinominasikan dalam banyak penghargaan penulis dan telah memenangkan lebih banyak lagi.
Ia juga menjadi Sastrawan Terpilih dalam Cultural Activist to New Zealand (2016), Program Direktorat Kesenian Seniman Mengajar (2017), dan Program Badan Bahasa Sastrawan Berkarya di Wilayah 3T; Seram Bagian Barat (2018).
Memang tidak orang biasa, ya?
Tentang Tulisan
Cerpen yang didiskusikan
https://lakonhidup.com/2020/11/11/menjadi-orang-orang-biasa/
Cerita ini itu adalah tentang momen reflexi, dalam hujan, sendirian di dalam mobilnya menunggu pesan makananya, tokoh kita tampa nama mempengalami momen yang ia sendirian dengan pikiranya. Dengan tepat, tempo ceprenya lambat untuk menyesuaikan dengan perenungan yang bertele-tele dari tokoh utama kita. Kisah ini penuh dengan rasa rindu kepada kehidupan lebih sederhana.
Sewajarnya, mobilnya sang tokoh bisa dilihat sebagai pembatas pemblokirkan sang tokoh dari memasuk dunia orang biasa, ia bisa melihat, tapi tidak bisa masuk. Lagi dan lagi, sang tokoh cerpen membawa perhatian pada fakta bahwa tidak ada dari mereka‒—orang-orang biasa yang di jalan, orang-orang biasa yang sedang menunggu pesan, orang-orang sedang makan—tidak ada dari mereka yang memegang handphone. mereka semua hidup pada saat ini. mereka semua hidup pada saat ini, sementara karakter utama kita duduk di dalam mobilnya, terpisah dari dunia luar, memikirkan social media dengan gelisah dengan handphone di tangannya, hanya bisa melihat kosong kedepan.
Tetapi mengapa tokoh kita enggak bisa membuka pintu dan keluar? Jawaban kita bisa dilihat dalam kutipan dari cerpen ini.
“Kutampar lembut pipiku di cermin. Mataku basah. Sepertinya semuanya terlambat dan dunia menjadi benang kusut dengan ribuan simpul tanpa jalan keluar.”
Disini kita bisa melihat penulis menjadi rentan di sini, sudah jelas kalau tokoh ini adalah sisipan sang penulis. Tokoh tersebut merasa terjebak oleh obligasinya, oleh tanggung jawabnya. Dalam hatinya, pintu telah lama ditutup dengan pengelasan, terjebak dan hampir kehabisan udara.
Memang, tragis cerpen ini, kesakitan rasa rindu untuk kehidupan yang sepertinya sangat sangat jauh. Memang orang seperti Benny menghidup kehidupan yang banyak orang pengen punya, keliling dunia dengan pujian dan tenaran. Cerpen ini membawa kewajaran, kalau kehidupan seperti itu tidak cocok untuk semua orang, bahawa kehidupan kita bisa kelihatan sejauh beliau adalah untuk kita.
“Tiba-tiba aku iri. Tiba-tiba aku merindukan siklus yang sederhana itu, yang dulu: pergi sekolah, pulang bermain dengan anak-anak tetangga yang sebaya, lalu menghabiskan waktu dirumah entah untuk apa.”
Kesimpulan
Cerpen ini sangat singkat dibandingkan cerpen lain yang bisa ditemukan di websitenya. Pendek dan manis dengan klimaks yang memuaskan. Tempo pelan cerpen ini sebabat dengan subjeknya, memberi pembaca banyak waktu untuk memahami pikiran tokoh cerita tersebut, membawa kewajaran kepada perbedaan hidup orang biasa dan tokoh tersebut. Tidak ada banyak yang saya bisa mengkritik, mungkin penulis yang lebih prolifik bisa menunjukkan kesalahan tatabahasa atau kesalahan menulis, tapi saya bukan penulis prolifik, apalagi di bahasa indonesia.
Menurut saya Cerpen ini sangat menarik sebagai pandangan sekejap kedalam pikiran orang yang seperti Benny Arnas. Saya selalu menyukai karya reflektif dan introspektif. Cocok memang, kalau seperti penulisnya, Cerpen ini tidak Cerpen Biasa.
Comments
Post a Comment